Mereka saling bicara. Mungkin. Ya…mungkin tentang masa dan embun. Mungkin tentang daun yang tak lagi rimbun. Mungkin tentang birunya langit dan hijaunya cemara. Atau mungkin mereka sedang menertawaiku. Menertawai dunia.
Ah…burung gereja yang elok. Entah siapa yang bangun lebih dahulu pagi ini. Aku? Ataukah engkau? Entahlah. Yang penting kita sama-sama menikmati pagi bukan? Pagi yang terakhir, mungkin…
Bagiku, secangkir teh hangat dan semangkok mi instan, juga sekaleng biscuit. Dan bagimu, cemara itu, kabel listrik itu, atomatom air itu…
Dan lihatlah di bawah, seorang kakek mengumpulkan gugur daundaun di halaman. Ah…ku pikir dia juga menikmati pagi ini seperti kita. Menikmati dengan caranya sendiri tentunya.
Fiuh…kadang aku begitu merindukan saat-saat yang akan. Bersamanya. Sama-sama melihat kalian, sama-sama melihat kakek itu, sama-sama menikmati pagi, dan mungkin…sama-sama menulis sampah seperti ini…di rumah impian...
Ah…burung gereja yang elok. Entah siapa yang bangun lebih dahulu pagi ini. Aku? Ataukah engkau? Entahlah. Yang penting kita sama-sama menikmati pagi bukan? Pagi yang terakhir, mungkin…
Bagiku, secangkir teh hangat dan semangkok mi instan, juga sekaleng biscuit. Dan bagimu, cemara itu, kabel listrik itu, atomatom air itu…
Dan lihatlah di bawah, seorang kakek mengumpulkan gugur daundaun di halaman. Ah…ku pikir dia juga menikmati pagi ini seperti kita. Menikmati dengan caranya sendiri tentunya.
Fiuh…kadang aku begitu merindukan saat-saat yang akan. Bersamanya. Sama-sama melihat kalian, sama-sama melihat kakek itu, sama-sama menikmati pagi, dan mungkin…sama-sama menulis sampah seperti ini…di rumah impian...
Pagi, Dahulu, Jakarta Timur